Lengsernya Hobi Filatelis dan Membaca Buku Pada Generasi Z
![]() |
Ilustrasi filatelis(pixabay.com/pasja1000) |
Saat ini, minat Gen Z seringkali terfokus pada media sosial, sehingga kebanyakan dari mereka bingung ketika ditanya tentang minatnya. Di era digital dan serba cepat saat ini, hal ini mau tidak mau membawa perubahan yang sangat pesat di berbagai aspek kehidupan.Faktor yang paling berpengaruh menyebabkan perubahan perilaku, sikap, bahkan kepribadian.Orang cenderung mengikuti kebiasaan yang tidak mempunyai banyak dampak positif terhadap kelangsungan hidup mereka.Misalnya saja, seiring dengan semua perubahan digital, terjadi pula perubahan identitas.Seseorang tidak mempunyai minat yang sesuai dengan keinginan atau kemampuannya.Kebiasaan tersebut membuat orang menjadi emosional dan cenderung malas serta tidak mampu melakukan aktivitas yang bermanfaat.Rata-rata minat remaja masa kini, menurut Center for Strategic and International Studies (CSIS), hampir 30,8% generasi Z memiliki minat terhadap olahraga, menonton film 13,7%, musik 19% dan sisanya preferensi lainnya.Jumlah ini sangat berbeda dengan kepentingan generasi sebelumnya yang mempunyai kepentingan seperti agama, memasak bahkan politik.
Ada beberapa hobi yang sudah sangat jarang ditemui saat ini, apalagi di kalangan Generasi Z saat ini, seperti Hobi mengoleksi prangko mulai meruntuhkan Generasi tua pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah “penghobi prangko” atau kolektor prangko.
Hobi ini sudah tidak terdengar lagi di generasi sekarang, karena prangko sudah jarang digunakan untuk mengirim jasa pos atau sebagai bukti pembayaran.Hanya sedikit orang yang masih menyukai hobi ini dan memelihara koleksinya.Generasi Z mungkin juga belum menyadari berbagai jenis prangko yang pernah ada di Indonesia.Sistem pengiriman saat ini sangat sederhana, bahkan anak-anak pun dapat mengirim barang dan surat.Harga ongkos kirim juga cukup murah karena tidak diperlukan stempel untuk membuktikan proses pengiriman.Minat membaca berubah menjadi melihat dan mendengarkan
Saat ini, jejaring sosial menjadi perantara terdepan di dunia sebagai sarana penyampaian informasi secara cepat dan interaktif.Kenikmatan membaca buku kertas telah tergantikan dengan kelas membaca di perangkat seluler.Orang cenderung menginginkan sesuatu yang cepat, murah dan efektif untuk merangkum sebuah buku tebal menjadi sebuah file yang disimpan di ponsel atau perangkat lainnya.
Tren ini membuat masyarakat ragu untuk membaca buku dan mencari informasi dengan melihat gambar atau video.Media sosial juga membuat informasi tersedia secara bebas tanpa adanya filter, sehingga informasi yang diperoleh tidaklah penting.Sebagian orang lebih memilih merangkum informasi dengan menonton dan mendengarkan sumber video dibandingkan membaca ratusan buku.Hal ini memberikan informasi yang konsisten dengan apa yang dicari atau dibutuhkan tetapi memungkinkan diperolehnya informasi rinci tanpa memerlukan penelitian eksplisit.Keadaan demikian jelas mempunyai pengaruh terhadap keadaan mental dan perilaku terhadap informasi yang baru diperoleh, tanpa memandangnya dari sudut pandang lain.
Jadi, kita perlu mengisi ulang tenaga kita untuk terus membaca buku, baik cetak maupun digital.Kita harus terlebih dahulu memahami informasi teoritis dalam bentuk kepentingan atau informasi apa pun, sebelum memperoleh informasi dalam bentuk lain.Sebagai masyarakat yang baik, kita harus bisa menyaring mana kepentingan yang baik dan mana kepentingan yang memerlukan pengetahuan lebih dalam untuk memahaminya.Kita harus mengidentifikasi dan memilih kepentingan-kepentingan positif untuk masa depan, khususnya bagi generasi penerus bangsa, agar tidak ketinggalan zaman.
Nice article 👍
BalasHapus